AmpenanNews. Mantan Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Turki Lalu Muhammad Iqbal memetakan beberapa problem utama destinasi pariwisata di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Lalu Iqbal memyampaikan bahwa problem utama pengembangan dunia pariwisata di NTB, belum menyentuh manfaat secara ekonomi yang mapan bagi masyarakat sekitar destinasi wisata.
” Ukuran kemajuan pariwisata itu masyarakat sekitar mengalami dan merasakan dampak pembangunan sosialnya. Itu harus terlihat. Tapi yang terjadi di NTB itu ada marginalisasi di tengah masyarakat sekitar kawasan wisata,” ujar Lalu Iqbal di sela-sela kesibukannya menjadi Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Kamis (23/11/2023).
Ia juga menyampaikan terkait beberapa lokasi pembangunan destinasi wisata di NTB, masyarakat kerap menjadi korban marginalisasi pembangunan destinasi wisata. Ambil contoh lanjut Lalu Iqbal, pembangunan KEK Mandalika menyisakan masalah sosial di tengah masyarakat.
” ukuran keberhasilan pengembangan pariwisata yang semula digaungkan masa pemerintahan Gubernur NTB periode 2008-2018 TGB Muhammad Zainul Majdi hingga periode gubernur Zulkieflimansyah belum bisa menumbuhkan tingkat ekonomi yang mapan di tengah masyarakat sekitar destinasi,” ungkapnya.
Problem pariwisata yang saat ini lanjutnya, digaungkan pemerintah NTB tidak mengacu pada quality tourism. Acap kali pembangunan destinasi wisata mementingkan kuantitas tourism bukan quality tourism.
” Pembangunan ini tanpa memikirkan dampak-dampak sosial yang akan ditimbulkan dari pembangunan tersebut. Harusnya dalam pariwisata itu yang paling pertama mendapat berkah itu masyarakat sekitar. Ukuran keberhasilan pariwisata itu kan masyarakat harus berdampak pada pembangunan sosial dan ekonomi budayanya,” ujar Jubir Kemenlu ini.
Pembangunan pariwisata dengan konsep quality tourism sangat cocok di NTB. Lalu Iqbal melanjutkan, Karena konsep quantity tourism hanya akan berdampak pada jumlah wisatawan bukan pendapat atau income dari hasil wisata itu sendiri.
” Konsep quantity tourism ini akan mendatangkan kelompok turis yang datang di tataran low income. Biasanya kelompok low income ini membawa dampak yang cukup besar. Contohnya kita dapat turis backpacker itu spendingnya atau pemasukannya sangat kecil. Dia tinggal di rumah penduduk. Ini malah akan membawa dampak sosial dari negaranya. Misalnya membawa kehidupan malam seks bebas dan lainnya,” cetus Lalu Iqbal.
Daerah yang membangun pariwisata dengan konsep quantity tourism itu hanya akan berdampak pada jumlah turis yang berkunjung. Biasanya kualitas wisatawan yang datang tidak akan sebanding dengan cost benefit yang dihasilkan dari tamu yang datang berwisata.
” Kita lihat saja cos benefit ini tidak berimbang. Saya ambil contoh di Bali. Itu selalu itu yang menjadi keprihatinan ada dampak sosial yang tidak sebanding dengan dampak ekonomi yang mereka bawa ke Indonesia. Kehidupan masyarakat jadi berubah,” jelasnya.