Sejak masih kecil hingga sekarang saya masih kerap kali mendengar sebutan kalau hari raya Idul Adha sebagai Lebaran Mame (Lebaran Laki-laki) dan Idul Fitri sebagai Lebaran Nine (Lebaran Perempuan). Penamaan ini, bagi saya, tampak unik karena adanya identitas gender pada dua lebaran tersebut.
Pertanyaannya mengapa orang Sasak mengidentifikasi dua lebaran atau hari raya Islam dengan sebutan demikian? Apakah hal ini gara-gara sebutan “Adha” itu, dengan bunyi /a/ di akhir kata tersebut yang lebih identik dengan nama laki-laki sementara bunyi /i/ pada kata “Fitri” yang lebih identik dengan nama perempuan? Meskipun argumentasi ini masih lemah dan debatable. Ataukah ada sebab lain?
Baiklah, fakta ini tampaknya menarik untuk dikulik dan disampaikan di tulisan pendek ini. Hal ini didasari atas pemikiran bahwa tidak ada sesuatu yang serba kebetulan dalam proses penyebutan atau identifikasi dalam sebuah tradisi.
Pertanyaan yang diajukan di atas tidaklah sepenuhnya salah jika didasari dengan dengan bunyi vokal /a/ sebagai identik dengan nama laki-laki dan bunyi vokal /i/sebagai perempuan di masyarakat Sasak bahkan di penamaan hampir semua suku bangsa Indonesia. Akan tetapi, apa iya gara-gara dua bunyi yang berbeda tersebut lantas dinamai kalau Idul Fitri adalah Lebarannya perempuan dan Idul Adha adalah Lebarannya laki-laki. Hal ini memang karena orang Sasak kalau memberi nama untuk anak laki-laki pasti sebagian besar dengan silabe atau suku kata yang berakhiran /a/, misal Sukarna, Suparta, Purnipa, Andra, Sukarta, dan lain-lain, meskipun praktisnya seringkali dibunyikan /a/ menjadi /e/. Sementara itu, untuk anak perempuan, rata-rata penamaannya cenderung menggunakan silabe yang berakhiran dengan bunyi /i/ seperti Lia Saputri, Aprialni, Wahyuningsari, Aisah Fitri, dan seterusnya. Dan sebutan “Fitri” sudah identik memang dengan penamaan perempuan.
Meskipun demikian, dalam tradisi penamaan orang Sasak, umumnya penamaan dibuat dari beberapa faktor atau sumber. Di antaranya adalah (1) penamaan atas dasar penanda untuk gejala alam seperti Deswita Rinjani yang berkait dengan nama gunung, Nasarudin yang lahir pada waktu asyar, (2) atas dasar penanda untuk peristiwa atau momentum tertentu seperti Nila Agustina yang lahir bilan Agustus, Siti Pelitawati karena zaman Soeharto ada nama Repelita, (3) atas dasar leksikon agama seperti Nasrullah, Ahmad Sidik, Abdul Wahab, (4) atas dasar hal unik pada diri anak seperti Dimpil Hariyadi karena jari jempolnya ada dua, (5) atas dasar kecintaan atau kesukaan pada tokoh seperti Salman Alfarisi, Imam Ghazali, Abdul Kadir Jaelani (nama tokoh-tokoh Islam), (6) atas dasar ikut-ikutan tren yang muncul di media nasional seperti Diah Permatasari, Nabila Syakib (ikut tren nama artis), dan tentu (7) atas dasar visi atau cita-cita orang tuanya seperti Muhammad Sidik yakni supaya menjadi orang yang terpuji dan tetap lurus ataupun Muhammad Amin supaya anak ini bisa menjadi orang yang terpuji dan terpercaya.
Nah, terkait dengan kategori faktor di atas, penamaan orang Sasak sebagai identifikasi terhadap Idul Adha sebagai Lebaran Mame dan Idul Fitri sebagai Lebaran Nine bisa disimpulkan dikarenakan oleh faktor peristiwa atau momentum. Orang Sasak menamakan dua lebaran ini didasari fakta obyektif-sosiologis yang dilihatnya pada dua peristiwa agama Islam yang dianut sebagian besar oleh orang Sasak.
Pada momentum Hari Raya Idul Fitri, hal yang umum terjadi adalah sejak seminggu sebelum di masyarakat Sasak, kaum perempuan atau ibu-ibu sudah mulai sibuk di dalam mempersiapkan diri dan keluarganya untuk menyambut hari Idul Fitri. Faktanya, mereka rata-rata membuat berbagai macam bahan untuk membuat jajanan khas Sasak seperti jaje tareq, kali adem, keciput, hingga hari H mereka mempersiapkan masakan terbaik untuk disajikan. Singkatnya, mereka sangat sibuk dan tampak dominan di dalam mempersiapkan semua hal termasuk pakaian busana yang dipakai oleh anggota keluarganya. Oleh karenanya, atas dasar ini, tidaklah mengherankan jika Hari Raya Idul Fitri sebagai Lebaran Nine.
Lalu, bagaimana halnya saat Hari Raya Idul Adha? Kesibukan perempuan pada saat ini tetap tidak bisa dinafikan tetaplah ada. Namun, kaum laki-laki Sasak tampaknya lebih dominan atau terlihat lebih menonjol. Apa sebab? Ini dikarenakan kaum laki-lakilah yang sangat sibuk di dalam mempersiapkan hewan-hewan kurban yang akan disembelih secara bergotong-royong atau bersama-sama setelah sholat Idul Adha. Kaum laki-laki yang terlebih secara penuh di dalam penyembelihan dan pembagian daging kurban. Dalam momen ini, kaum laki-laki di hampir setiap masjid di kampung dan di desa tampak berkumpul bersama-sama menyelesaikan semua hewan kurban dengan penuh riang gembira. Bahkan di dalam pemasakannya tampaknya kaum laki-laki yang rata-raya lebih dominan mempersiapkan semua hal sehingga bisa menjadi sate daging, dan masakan lainnya. Oleh karena itu, Idul Adha disebut sebagai Lebaran Mame.
Harus diakui memang fenomena seperti ini tidaklah hanya terjadi di masyarakat Sasak. Hampir semua daerah di Indonesia pada dua momentum lebaran tersebut terjadi hal yang serupa. Akan tetapi, di daerah-daerah lain, sependek pengetahuan saya, tidak ada yang menyebut dua lebaran tersebut sebagai Lebaran Mame (Lebaran Laki-laki dan Lebaran Nine (Lebaran Perempuan). Hanya masyarakat Sasak yang menyebutnya demikian. Mengapa demikian? Ini dikarenakan orang Sasak sangat menyukai memberi penamaan pada acara dan momentum besar terlebih itu menjadi nafas hidup khususnya pada momentum keagamaan. Fungsinya adalah sebagai bagian dari pengingat dan penguat diri mereka untuk senantiasa berperan penuh sehingga keberadaan mereka ada dan tetap ada seiring rasa kecintaan mereka sebagai makhluk Tuhan terus hidup. Orang Sasak memang unik dan tradisi leluhurnya pun akan tetap unik. Dan keunikannya salah satunya terlihat pada kegemarannya memberi penamaan pada momentum atau peristiwa yang dihadapinya dalam nafas kehidupannya. Keunikan-keunikan orang Sasak itu tampaknya patut untuk terus kita ingat sebagai memori kolektif kita sehingga terus menjadi identitas kebangsaan kita. SEKIAN
Labuapi, 6 Juni 2025
Sumber: www.nuriadisayip.blogspotcom