Terjemahan

Ampenan News. Majelis Adat Sasak (MAS) mengadakan pelatihan mediasi berbasis kearifan lokal selama dua hari Sabtu-Minggu, 26-27 Oktober 2019 yang dilaksanakan di Bandini Riverside Cottage, Lombok Barat.

Dalam sambutannya, Ketua Harian MAS, Drs. Lalu Bayu Windia, M.Si. menyatakan maksud utama kegiatan tersebut adalah mendukung kerja pemerintah dalam rangka pemulihan paska bencana gempa tahun 2018 yang sekarang telah berada masa rehabilitasi-rekonstruksi. Namun, kemampuan mediasi yang dimiliki agen-agen mediator terlatih ini juga dapat menjadi solusi berbagai sengketa maupun konflik lain di luar konteks kebencanaan.

Lalu Bayu menambahkan ” MAS telah mendesain kegiatan lanjutan bagi para peserta yang juga rencananya akan diberikan mandat langsung dari Pemban Adat Gumi Sasak, Mamiq Azhar, agar dapat memainkan peran aktif sebagai aktor sosiopreneur di bidang perdamaian di masyarakat.

Ketua Harian Majelis Adat Sasak, Drs. Lalu Bayu Windia, M.Si.

” MAS sangat terbuka untuk bekerja sama dengan pihak manapun yang tertarik mengembangkan keterampilan mediasi di masyarakat,” imbuhnya.

Pada kegiatan kali ini, MAS bekerjasama dengan Yayasan Sheep Indonesia, sebuah lembaga nirlaba di bidang kebencanaan, MAS juga mengundang instansi atau lembaga terkait dalam acara pembukaan kegiatan, sekaligus sebagai ajakan langsung untuk mendukung pengembangan agen-agen mediasi berbasis adat di masyarakat.

Baca Juga :  Dinsos Lotim Rencanakan Satu Kasus Stunting Satu Pendamping

Pemerintah Lombok Barat yang diwakili Kepala Bagian Pemerintahan, H. Hamka, S.Sos., M.A.P.. ” Pemkab Lobar siap menerima usulan atau tawaran program terkait mediasi sengketa. Tentunya, kami akan komunikasikan secara komprehensif dengan pimpinan kami,” tandasnya.

Acara pembukaan juga menghadirkan Ketua Bale Mediasi NTB, H. Lalu Mariyun, S.H., MH., yang didaulat memberikan arahan dan gambaran tentang keberadaan Bale Mediasi NTB yang diatur dengan Peraturan Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat. Lalu Mariyun menjelaskan bahwa mediasi adalah salah satu alternatif penyelesaian sengketa yang kini diakui keberadaannya dalam sistem peradilan kita. Hal ini ditunjukkan dengan pencatatan naskah kesepakatan damai para pihak yang bersengketa hasil mediasi oleh Pengadilan Negeri dan dapat digunakan menjadi dokumen hukum jika terjadi perselisihan di kemudian hari.

” Sebuah langkah mengupayakan perdamaian tanpa melalui proses peradilan panjang dan cenderung berbiaya tinggi,” ungkapnya dii sela-sela kegiatan,

Baca Juga :  Gubernur NTB Hadiri Haul Tiga Ulama NU

Ketua Pelaksana Kegiatan, Dr. Lalu Ari Irawan, menjelaskan desain kegiatan mengacu pada kurikulum pelatihan mediasi yang biasa digunakan di Mahkamah Agung Republik Indonesia, tentunya dengan modifikasi oleh para fasilitator MAS.

Ketua Pelaksana Kegiatan, Dr. Lalu Ari Irawan, (Baju Hitam )

Pelatihan selama dua hari ini melibatkan lima orang fasilitator berpengalaman dari unsur akademisi Unram, UIN Mataram, dan Undikma (eks IKIP) Mataram dan pegiat mediasi LBH Gravitasi dan Bale Mediasi NTB.

“Kami juga melakukan rekrutmen peserta sebanyak 25 orang melalui proses pemetaan sengketa dan studi potensi calon mediator di masyarakat yang berasal dari 9 komunitas desa/dusun dan 4 paer (wilayah adat) se-Pulau Lombok. ” kata Dr. Ari.

” 8 sesi dalam pelatihan ini diharapkan dapat menghasilkan output dan outcome yang mencakup tiga hal, yaitu pengetahuan tentang teori dan praktik mediasi bagi peserta, dokumen rencana tindak lanjut terkait bentuk dan strategi mediasi berbasis kearifan lokal yang dapat dipraktekkan bersama, dan ada setidaknya 6 kasus sengketa selama bencana yang dapat diselesaikan secara adat.” kata Dr. Ari, panggilan akrabnya.

Seluruh peserta menunjukkan antusiasme yang tinggi selama pelaksanaan kegiatan.

Baca Juga :  Gelar Rapat Kerja Tahunan 2022, Unram Percepat Penyerapan Anggaran

Mereka berharap program lanjutan pelatihan ini dapat segera terlaksana. Peserta pelatihan menyampaikan kepuasan atas seluruh rangkaian kegiatan tersebut, terutama atas kerja fasilitator dan pelaksana kegiatan yang memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman baru bagi mereka.

” Meskipun dua hari non-stop, bahkan sampai malam hari, kami senang mengikuti rangkaian kegiatan,” ungkap Vera Irsanti salah satu peserta yang berasal dari Paer Tengaq.

Vera dan seluruh peserta lainnya juga menyambut positif rencana pembentukan tim mediator MAS sehingga dapat berperan luas di masyarakat, tandasnya. Syahril, SH., peserta sekaligus Kepala Desa Jeringo, Lombok Barat, menyatakan rasa puasnya mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang juga sekaligus menjadi sarana silaturrahmi bagi peserta yang mewakili berbagai wilayah di Lombok.

Pose bersama semua peserta

” Pelatihan ini menciptakan keakraban yang sangat hangat di antara peserta dan pelaksana. Kami bahkan ingin segera reuni dan terlibat kembali dalam program-program pengembangan dan praktik mediasi bersama MAS,” tutup tokoh yang pernah viral di media sosial sebagai Kades 1 Miliar itu. Anr.

Subscribe
Notify of
guest

0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments