Anews. Kontestasi pemilihan Rektor Universitas Mataram (Unram) periode 2026–2030 mulai memanas. Salah satu sosok yang mencuri perhatian seorang Guru Besar Muda tahun 2019 Prof. Dr. Kurniawan, S.H., M.Hum., Guru Besar Hukum Bisnis dengan rekam jejak kepemimpinan yang panjang dan prestasi yang tak sedikit. Ia resmi ditetapkan sebagai salah satu bakal calon Rektor Unram, Senin (1/12/2025) lalu.
“ Unram harus bergerak lebih cepat, lebih terukur, dan lebih berdampak. Saya siap mengemban amanah itu bersama seluruh civitas akademika,” ujar Prof Kurniawan, Rabu (10/12/2025), saat ditemui awak media.
Selama 20 Tahun Mengabdi, Rekam Jejak Kepemimpinan Tak Diragukan. Lebih dari dua dekade berkarier di Unram, Prof Kurniawan telah memegang berbagai jabatan strategis, mulai dari skala fakultas hingga universitas.
Posisi posisi penting yang pernah ia emban, selain pengajar tetap sejak 2003 antara lain Kaprodi Doktor Ilmu Hukum (2025–sekarang), Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan (2018–2022), Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Hukum Unram (2013–2018; dua periode), dan Ketua Bagian Hukum Bisnis Fak. Hukum Unram (2008–2013).
Disetiap posisi itu, pria kelahiran Ranggagata, 3 Maret 1977 ini, dikenal fokus memperkuat tata kelola keuangan, manajemen aset, SDM, dan unit usaha kampus. Beberapa inisiatifnya seperti penguatan SOP layanan, optimalisasi aset universitas, hingga membangun kolaborasi lintas fakultas, dianggap membuka ruang baru bagi akselerasi Unram.
“ Saya percaya pengelolaan kampus yang sehat, akan melahirkan akademik yang kuat. Tata kelola adalah pondasi, bukan sekadar administrasi,” tegasnya.
Prof Kurniawan sebagai akademisi dikenal luas di bidang hukum bisnis, ia juga piawai terutama dalam hukum perlindungan konsumen, hukum persaingan usaha, hukum perusahaan, notaris dan tata kelola profesi, tata kelola BUMD dan manajemen risiko, serta tata kelola perguruan tinggi
Guru Besar muda ini juga produktif menulis buku dan artikel ilmiah, termasuk penelitian mengenai monopoli, kartel, akta lelang, corporate governance, hingga doktrin “piercing the corporate veil”.
Tak hanya di kampus, nama Prof Kurniawan dikenal di berbagai peran publik dan organisasi nasional. Pasalnya, ia memiliki pengalaman menjadi Ketua Harian APHKI Indonesia (2023–sekarang), Ketua Panelis Debat Calon Wali Kota Mataram (2020), Panelis Debat Calon Gubernur NTB (2024), dan Panitia Seleksi Bawaslu Kab/Kota se-NTB (2018–2023).
Ia juga pernah menjadi Ketua Pansel KPU Lombok Tengah (2013–2018), Anggota Pansel KPU Kota Mataram (2008–2013), dan Panwas Kecamatan dan Provinsi dalam dua periode pemilu/pilkada. Kiprah tersebut mempertegas posisinya sebagai akademisi yang tak hanya kuat di teori, tetapi juga aktif dalam advokasi kebijakan dan pengawasan demokrasi.
Untuk Prestasi: Dari Lulusan Terbaik hingga Guru Besar Termuda. Catatan prestasi Prof Kurniawan cukup mencolok, ia Lulusan Terbaik Unram tahun 2000, Wakil Rektor termuda di usia 41, Guru Besar termuda Unram pada usia 42, pejabat fungsional Pembina Utama (IV/e) termuda (usia 47). Prestasi ini menjadi bukti konsistensi dan kualitas akademik, yang ia bangun sejak mahasiswa.
Sedangkan Visi Menuju Unram 2030: Kampus Berdaya Saing Tinggi Jika dipercaya memimpin, Prof Kurniawan menegaskan tiga agenda utama pembangunan Unram. Pertama, penguatan tata kelola dan transparansi publik, digitalisasi keuangan, SDM, dan aset menjadi prioritas.
Yang Kedua, akselerasi hilirisasi riset, dengan menghubungkan riset kampus dengan dunia usaha, UMKM, industri kreatif, dan pembangunan NTB. Ketiga, internasionalisasi dan kualitas akademik, coaching penulisan, klinik riset, peningkatan publikasi bereputasi, dan kemitraan global.
“ Unram harus hadir sebagai universitas unggul di Kawasan Timur Indonesia. Kita punya modal SDM hebat, tinggal mengorkestrasi semuanya secara tepat,” ucapnya.
Pengalaman lengkap—mulai dari ruang kelas, ruang rapat, hingga ruang publik—Prof. Dr. Kurniawan, S.H., M.Hum. tampil sebagai salah satu kandidat paling siap untuk menakhodai Unram lima tahun ke depan.
“Ini ikhtiar bersama. Unram harus menjadi kebanggaan NTB, Indonesia, dan masyarakat akademik global,” pungkasnya.
