Eksistensi Pertuk Pada Masyarakat Suku Sasak di Era Modern
Terjemahan

Eksistensi Pertuk Pada Masyarakat Suku Sasak di Era Modern

Oleh.

Ahmad Hasan Fahrurozi

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 34 Provinsi dan memiliki berbagai macam Suku serta budaya di dalamnya. Salah satunya adalah Suku Sasak yang ada di pulau Lombok.

Sasak berasal dari kata sak sak, yang berarti satu satu. Kata sak juga dipakai oleh sebagian suku Dayak di pulau Kalimantan untuk mengatakan satu.

Adat istiadat suku Sasak dapat disaksikan pada saat acara pernikahan mulai dari melarikan gadis sampai yongkolan.

Sasak juga terkenal dengan tenunan kainnya, konon setiap wanita bisa disebut dewasa dan siap menikah kalau sudah bisa dan pandai menenun.

Selain tenunannya masyarakat Sasak juga memiliki banyak tradisi dan kebudayaan yang beragam, salah satunya seperti pengobatan tradisional.

Pengobatan tradisional pada dasarnya merupakan cara pengobatan yang berasal dari pengalaman, keterampilan, turun temurun, yang terus diwariskan dan yang diterapkan berdasarkan normal yang berasal dari masyarakat (Utomo & Sutopo, 2020).

Salah satu pengobatan tradisional yang masih dipertahankan oleh masyarakat Suku Sasak sampai sekarang adalah Pertuk.

Pertuk merupakan salah satu tradisi orang Lombok yang dilakukan untuk menghilangkan sakit yang menurut kepercayaan disebabkan karena disapa atau disentuh oleh makhluk halus berupa jin (bakek berak) dan roh orang yang sudah meninggal.

Baca Juga :  Petani NTB Pahlawan Ketersediaan Pangan Saat Pendemi Merajalela

Pertuk berkaitan erat dengan ketemuk. Penyakit ketemuk dalam masyarakat Sasak merupakan penyakit yang menimpa seseorang akibat masuknya makhluk gaib ke dalam tubuh seseorang tersebut.

Selain itu penyakit ketemuk juga bisa disebabkan oleh sentuhan mahkluk halus, atau arwah leluhur, jin dan sejenisnya menyentuh tubuh manusia.

Gejalanya sangat banyak dan bervariasi, ciri-ciri yang paling umum ketika orang terkena penyakit ketemuk adalah demam, sakit kepala ringan hingga parah, mual-mual dan sakit perut.

Ketika seseorang mengalami atau terkena penyakit ketemuk maka masyarakat Sasak mempercayai dan meyakini bahwa cara pengobatan yang paling ampuh dan manjur adalah dengan pertuk.

Namun, proses pengobatan dengan metode pertuk tidak bisa dilakukan oleh semua orang melainkan dilakukan oleh orang-orang tertentu seperti tokoh masyarakat atau orang yang memang sudah dikenal dalam mempraktekkan tradisi pertuk seperti belian (dukun).

Pada praktiknya pengobatan pertuk dilakukan oleh belian dengan menggenggam seikat rambut pasien di bagian ubun atau mahkota kepala, memutar rambut di sekitar jari telunjuk, menahan diri untuk beberpa saat sambil menyuarakan jampi (mantra) untuk memanggil roh jahat keluar dari tubuh pasien.

Kemudian helai rambut tersentak ke atas menyebabkan bunyi meletup (pertuk). pada titik inilah dukun yakin bahwa ketemuk telah dikeluarkan dari tubuh pasien. praktik pengobatan tradisional ini tidak lepas dari pengalaman nenek moyang terdahulu sehingga diyakini oleh masyarakat secara turun temurun.

Baca Juga :  Dinamika Pilkada Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2020

Di zaman modern ini ilmu pengetahuan semakin berkembang, termasuk pengetahuan mengenai kesehatan, kedokteran dan farmasi. Perkembangan pengobatan medis telah menyentuh hampir semua lapisan masyarakat. Pengobatan medis semakin didukung dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan juga teknologi (Purwitasari, 2019:1).

Pengobatan tradisional tentu mengalami pergeseran oleh pengobatan modern, mengingat perkembangan teknologi dan pengobatan medis yang semakin canggih dalam menyembuhkan segala penyakit.

Meskipun begitu, hal ini tidak menghilangkan eksistensi pertuk pada masyarakat Suku Sasak di tengah era modern saat ini, karena selain sebagai praktik pengobatan tradisional, pertuk juga sekaligus sebagai upaya masyarakat dalam melestarikan warisan leluhur atau nenek moyang.

Masyarakat suku Sasak dalam mempertahankan pengobatan tradisional pertuk di era modern tidak terlepas dari keyakinan dan kepercayaan terhadap nenek moyang terdahulu sehingga diyakini oleh masyarakat secara turun-temurun.

Pertuk menjadi salah satu simbol masyarakat suku sasak terhadap keyakinan yang dia percaya.
Menurut Max Weber pada teori aksi yang dikenal juga sebagai teori bertindak, individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsirannya atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu.

Baca Juga :  Masyarakat Pada Masa Pandemi, Dari Perspektif Sosiologis

Artinya, kepercayaan tersebut tentu tidak datang dengan sendirinya, namun dibarengi dengan pengalaman masyarakat tentang bagaimana pengobatan tradisional pertuk berhasil mengobati penyakit ketemuk.

Keberhasilan tersebut kemudian terlembagakan secara sosial hingga menjadi tradisi yang kemudian secara turun temurun dipercaya khasiatnya dalam mengobati penyakit ketemuk.

Hal inilah yang menyebabkan masyarakat Suku Sasak masih melakukan dan mempercayai pengobatan tradisional pertuk di tengah era modern untuk mengobati penyakit ketemuk.

Meski bersumber dari paham animisme, namun tradisi pertuk ini kemudian dimodifikasi agar dapat terus bertahan hingga sekarang.

Seperti dalam praktiknya saat ini, pengobatan pertuk tidak lepas dari nilai-nilai agama, salah satunya dalam membacakan mantra yang berasal dari ayat-ayat Al-Qu’an.

Selain itu, untuk terus melestarikan tradisi pertuk sebagai pengobatan tradisional yang ampuh dalam menyembuhkan penyakit ketemuk, masyarakat kemudian melestarikannya dengan terus mensosialisasikan kepada keturunan mereka secara terus-menerus.

Praktik pengobatan tradisional pertuk dijaga kelestariannya oleh masyarakat Suku Sasak karena masyarakat menganggap bahwa praktik pengobatan pertuk selain sebagai proses pengobatan juga sekaligus sebagai upaya masyarakat Suku Sasak dalam melestarikan warisan leluhur mereka.

Sehingga meskipun teknologi dan pengobatan modern telah berkembang, pengobatan pertuk dapat terus berkembang di dalam masyarakat dan tidak tergeserkan meskipun telah ada teknologi pengobatan modern.

 

Subscribe
Notify of
guest

0 Komentar
Inline Feedbacks
View all comments