Dikes Lotim : 1.069 Diduga TBC, 9.066 Sudah Mendapat Pengobatan.
Terjemahan

Anews. Berdasarkan data yang ada pada Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur (Dikes Lotim) tercatat bahwa dari tahun 2024 hingga 2025, jumlah kasus di masyarakat yang diduga mengidap TBC di wilayah Kab Lotim mencapai 1.069 orang. Namun, menariknya, dari 1 069 jumlah pasien yang diduga TBC tersebut tercatat sebanyak 9.066 orang positif TBC  dan telah mendapatkan pengobatan.

‎Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur, Fathurrahman, menjelaskan bahwa dari total 9.066 pasien yang menjalani pengobatan, 8.056 orang atau (88,61%) telah sembuh, setelah mengikuti pengobatan lengkap selama enam bulan secara rutin.

“Kunci utama kesembuhan penyakit TBC adalah disiplin dalam menjalani pengobatan secara lengkap selama enam bulan dan rutin melakukan kontrol ke Puskesmas atau rumah sakit,” ujar Fathurrahman, kepada media diruang kerjanya, Kamis 3 Juli 2025

Baca Juga :  Ibu Melahirkan di Lotim Mencapai 2.300 Tahun 2023

‎Tantangan: Kurangnya Disiplin Minum Obat.

‎Meskipun angka kesembuhan cukup tinggi, Dikes Lotim mengakui masih menghadapi tantangan besar di lapangan, yaitu kurangnya kedisiplinan masyarakat yang diduga mengidap TBC untuk melakukan pemeriksaan diri atau melakukan pengobatan.  selain itu Pasien TBC sering berhenti minum obat sebelum waktunya karena: Jumlah obat yang cukup banyak, Durasi pengobatan yang lama (minimal 6 bulan) dan  Kurangnya pemahaman akan risiko bila pengobatan tidak tuntas dilakukan.

‎”TBC adalah penyakit menular yang sangat cepat menyebar, terutama melalui udara saat pasien batuk atau bersin tanpa menutup mulut,” katanya.

‎Peran Keluarga dalam Pengawasan Minum Obat (PMO)

‎Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Dikes Lotim telah menerapkan strategi Pengawasan Minum Obat (PMO) dengan melibatkan keluarga pasien sebagai pengawas utama dirumah.

‎“Tidak mungkin tenaga kesehatan dapat mengawasi minum obat pasien setiap hari dirumahnya. Maka, keluarga adalah yang paling tepat menjadi PMO. Misalnya, jika ayah mengidap TBC, maka ibu bisa menjadi pengawas, begitu pun sebaliknya,” jelas Fathurrahman.

‎Peran keluarga dinilai efektif dan realistis, terutama dalam memastikan pasien benar-benar menjalani pengobatan dengan rutin hingga tuntas.

‎Ancaman Penularan Jika Tidak Patuh Berobat

Baca Juga :  Kadikes: 35 PKM Sudah Terima Insentif Nakes

‎Dikes Lotim juga menyoroti bahwa masih ada masyarakat yang enggan atau tidak mau melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan. Hal ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan penyebaran TBC yang terus berlanjut, terutama di lingkungan keluarga.

“Bayangkan jika ada satu atau lima orang di Lombok Timur yang tidak pernah minum obat atau enggan periksa ke Puskesmas, maka mereka bisa menjadi sumber penularan aktif bagi keluarganya,” tegasnya.

‎Imbauan Dinas Kesehatan Lotim

‎Untuk menekan angka penularan dan meningkatkan kesembuhan, Dikes Lotim mengimbau masyarakat: Segera periksa ke Puskesmas jika mengalami gejala seperti batuk tak kunjung sembuh. Minum obat secara disiplin selama enam bulan tanpa terputus. Libatkan keluarga sebagai pendukung dan pengawas pengobatan. Serta tidak menyembunyikan penyakit TBC, karena bisa disembuhkan dengan pengobatan lengkap.

‎Dengan kolaborasi antara pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan, TBC bisa dikendalikan dan angka kesembuhan tentunya akan terus meningkat.

Baca Juga :  Pekan Imunisasi Nasional Polio di Kabupaten Lombok Timur

 

Subscribe
Notify of
guest

0 Komentar
terbaru
terlama terbanyak disukai
Inline Feedbacks
View all comments