Anews. Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Lombok Timur, H. Muludin, mengimbau masyarakat agar tidak mudah terprovokasi oleh berita hoaks yang marak beredar di tengah situasi nasional yang memanas. Ia juga menyerukan kepada seluruh insan pers untuk tetap menjalankan tugas jurnalistik sesuai dengan kode etik jurnalistik dan Undang-Undang Pers.
Pernyataan ini disampaikan menyikapi gelombang unjuk rasa yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia, termasuk Nusa Tenggara Barat (NTB), yang sebagian berujung pada tindakan anarkis akibat tersebarnya informasi yang menyesatkan di berbagai platform digital dan media sosial.
“Saya menghimbau kepada teman-teman jurnalis di Lombok Timur agar menyampaikan informasi yang menyejukkan dan mendidik, serta menghindari berita hoaks,” ujar H. Muludin saat ditemui di Selong, Senin (1/9).
Dalam beberapa hari terakhir, aksi demonstrasi yang awalnya bertujuan menyuarakan aspirasi dan keprihatinan terhadap kondisi bangsa justru berubah menjadi tindakan yang melanggar hukum, seperti penjarahan, pembakaran kantor pemerintahan dan rumah warga. Bahkan, aksi anarkis juga terjadi di kantor DPRD Provinsi NTB.
“Peristiwa ini seharusnya menjadi pembelajaran bersama agar tidak terulang di daerah lain, termasuk di kabupaten dan kota di NTB seperti Lombok Timur,” tegasnya.
Muludin menegaskan, penyebaran hoaks berperan besar dalam menyulut emosi publik dan memicu tindakan destruktif. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan lebih bijak dalam menerima dan menyebarkan informasi.
Sebagai pilar keempat demokrasi, pers diharapkan mampu menjalankan peran edukatif dan informatif. Muludin mengingatkan, setiap produk jurnalistik harus disusun secara berimbang, akurat, dan bertanggung jawab, serta tidak lepas dari acuan Kode Etik Jurnalistik dan UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers.
”Wartawan harus menjaga profesionalisme dan menyampaikan informasi yang membangun, bukan justru memperkeruh keadaan,” ucapnya.
Selain menyerukan tanggung jawab jurnalistik, Muludin juga mengingatkan pentingnya aspek keselamatan bagi para wartawan di lapangan, terutama saat meliput aksi massa yang berpotensi ricuh.
”Jangan sampai wartawan menjadi korban kekerasan, intimidasi, pemukulan, atau perampasan alat liputan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,” ujarnya.
Ia mengajak seluruh jurnalis di Lombok Timur untuk selalu mengutamakan keselamatan dalam bertugas, tanpa mengurangi kualitas kerja jurnalistik yang profesional dan berintegritas.