Mataram – Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri (FATEPA) Universitas Mataram menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Fostering Global Innovation and Competitiveness in the Agricultural Industry through the Establishment of the Agricultural Industrial Technology Program.”, Rabu (11/09/2024).
Acara ini berlangsung di Ruang Sidang Lantai 2 FATEPA dan dihadiri oleh 120 peserta, baik secara langsung maupun daring melalui platform Zoom. FGD ini menghadirkan pakar teknologi pangan dan agroindustri serta pemangku kepentingan dari Provinsi NTB, termasuk Disperin NTB, Dinas LHK, PT Rezka Nayatama, BPOM, dan Himpunan Mahasiswa.
Fokus utama diskusi ini adalah pembentukan Program Studi Teknologi Industri Pertanian untuk meningkatkan daya saing global dan mendorong inovasi di industri pertanian. Salah satu aspek penting yang disoroti adalah integrasi Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 12.3 yang bertujuan untuk mengurangi food loss dan memangkas setengah dari food waste di seluruh dunia pada tahun 2030.
Dekan FATEPA, Dr. Ir. Satrijo Saloko, MP, membuka acara dengan menyampaikan bahwa FGD ini bertujuan untuk mendapatkan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan terkait pembentukan program studi baru Teknik Industri Pertanian.
“Kami di FATEPA UNRAM berkomitmen untuk mendorong kemajuan pendidikan dan pembangunan daerah, khususnya NTB. Acara ini adalah langkah penting dalam mewujudkan visi besar kami, yaitu melalui pembentukan Program Studi Teknologi Industri Pertanian yang siap menjawab tantangan industri ke depan,” ujar Dr. Satrijo.
Pembicara kedua, Dr. Ir. Didik Purwadi, M.Ec. dari Universitas Gadjah Mada (UGM), memaparkan tren dan kebutuhan industri terkait Program Studi Teknologi Industri Pertanian. Beliau juga menjelaskan naskah akademik terkait tahapan pembentukan program studi serupa di UGM, termasuk kurikulum dan laboratorium yang mendukung pengembangan program tersebut.
“Inovasi di sektor pertanian tidak terlepas dari perangkat pendukung ilmiah seperti regulasi pemerintah dan lembaga akademis yang secara spesifik mempelajari teknologi industri pertanian,” tegas Dr. Didik.
Dari Chiang Mai University, Dr. Pavalee Chompoorat Tridittanakiat, Ph.D., sebagai pembicara ketiga, menekankan pentingnya program studi ini dalam mendukung sektor pangan serta memicu munculnya startup baru. Beliau berbagi pengalaman tentang penerapan kurikulum Product Development Program in Food Science di Chiang Mai University.
“Di Thailand, beberapa startup baru lahir dari Program Studi Teknologi Industri Pertanian, karena mahasiswa sudah dipersiapkan dengan pilot plant industri selama masa perkuliahan, sehingga mereka siap menghadapi kondisi riil setelah lulus. Selain itu, mereka juga dibekali dengan pengetahuan dasar tentang pemasaran dan penjualan,” jelas Dr. Pavalee.
Dalam konteks SDGs, Dr. Pavalee juga menyoroti pentingnya penerapan teknologi untuk mengurangi food loss dan food waste, sejalan dengan SDG 12.3. Teknologi inovatif di sektor pertanian berperan besar dalam mengurangi kehilangan pangan pascapanen, menjaga kualitas produk, serta meminimalkan limbah makanan yang dihasilkan selama proses distribusi.
Hadir dalam FGD ini, Kepala Dinas Perindustrian Prov NTB , Nuryanti, SE., ME., menyampaikan dukungan penuh terhadap rencana pembentukan program studi baru ini. Ia menekankan bahwa program ini dapat mendukung Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2025 dan mengangkat target pertumbuhan industri sebesar 7% di NTB. “Kami berharap program ini dapat menghasilkan SDM berkualitas yang mampu berkontribusi dalam mencapai target pertumbuhan industri,” ujarnya.
Senada dengan Kadis Disperin NTB, Perwakilan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) NTB juga menyatakan dukungannya, dengan harapan program ini dapat membantu mengatasi permasalahan lingkungan, termasuk penggunaan pestisida berlebihan yang sering terjadi di sektor pertanian. Hal ini juga relevan dengan upaya pelestarian lingkungan yang menjadi bagian integral dari target SDGs. Program ini diharapkan akan mendukung inovasi dalam penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan di sektor pertanian.
Selain itu, perwakilan Himpunan Mahasiswa Teknologi Pertanian (HIMATEPA) turut memberikan masukan penting terkait kurikulum. Mereka mengusulkan agar program studi baru ini memasukkan mata kuliah Psikologi Industri guna membantu lulusan mengatasi tekanan kerja yang sering mereka hadapi di dunia industri.
“Industri yang baik harus ditopang oleh SDM yang mumpuni, dan SDM yang mumpuni hendaknya jauh dari stres. Oleh karena itu, penting untuk memasukkan mata kuliah Psikologi Industri dalam kurikulum,” ujar perwakilan HIMATEPA.
Melengkapi masukan dari berbagai stakeholder, perusahaan PT Rezka Nayatama, sebagai pengguna lulusan yang turut hadir dalam acara ini, menyatakan ketertarikannya pada pembentukan program studi ini. “Saat ini, perusahaan sedang dalam tahap persiapan produksi glukomanan dan sedang mencari tenaga ahli di bidang teknik mesin untuk mendukung instalasi mesin produksi, serta konsultasi dengan pakar dari Jepang,” ungkap perwakilan PT Rezka Nayatama.
Dengan dukungan berbagai pihak, FGD ini diharapkan menjadi langkah awal yang signifikan dalam pembentukan Program Studi Teknologi Industri Pertanian yang tidak hanya mendukung inovasi dan daya saing global, tetapi juga berkontribusi pada pencapaian target SDGs, khususnya pengurangan food loss, food waste, dan pelestarian lingkungan dalam industri pertanian, baik di NTB maupun di tingkat nasional.