Pengukuhan Guru Besar ke-55, 56, dan 57 UIN Mataram: Rektor Apresiasi Orasi Ilmiah Berdampak
Terjemahan

Anews. Pengukuhan guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram kembali digelar. Sebanyak tiga guru besar (profesor) dikukuhkan sebagai guru besar ke-55, 56, dan 57 pada Senin (21/4/2025) di Auditorium Kampus 2 UIN Mataram. Selain dihadiri oleh keluarga besar UIN Mataram, pengukuhan ini juga dihadiri oleh banyak tokoh penting di NTB, termasuk para pimpinan dan pejabat daerah seperti Bupati Lombok Barat, Wakil Wali Kota Mataram, DPRD Provinsi NTB, dan lainnya.

Untuk penambahan jumlah guru besar ini menunjukkan komitmen UIN Mataram dalam menjaga keunggulan dan meningkatkan kualitas akademik, serta menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan melalui PTKIN untuk Indonesia dan dunia.

Dalam pengukuhan tiga guru besar ini dilaksanakan sebagai bentuk pengakuan atas keilmuan di bidang akademik. Ketiga guru besar tersebut menyampaikan pidato pengukuhan sesuai dengan bidang keilmuannya. Prof. Dr. H. M. Zaidi, M.Ag., Guru Besar dalam Kepakaran Manajemen Wakaf, menyampaikan orasi ilmiahnya tentang “Optimalisasi Wakaf Uang: Peluang dan Tantangan dalam Pengembangan PTKI”.

Prof. Dr. Baiq El Badriati, M.E.I., Guru Besar dalam Kepakaran Ekonomi Islam, menyampaikan orasi ilmiahnya tentang “Etos Kerja Perempuan Penenun Songket dalam Tinjauan Dialektika Agama, Budaya, Ekonomi, dan Aktualisasi Diri”, dan Prof. Dr. Muhammad Harfin Zuhdi, M.A., Guru Besar dalam Kepakaran Masail Fiqhiyah, menyampaikan orasi ilmiahnya tentang “Formulasi Mashlahah Maqashidiyyah dalam Kajian Masail Fiqhiyyah di Era Kontemporer”.

Prof. Dr. H. M. Zaidi, M.Ag., membuka orasinya dengan membahas potensi wakaf bagi umat Islam yang sangat besar dan dapat menjadi penopang ekonomi bagi umat dan bangsa, khususnya dalam pengembangan pendidikan.

Namun, menurutnya, masih banyak orang yang tidak memahami tentang wakaf, bahkan meskipun mengetahui, mereka masih memahaminya secara tradisional dengan anggapan bahwa wakaf harus berupa materi yang besar seperti tanah untuk masjid, madrasah, dan lainnya, sehingga wakaf sulit berkembang.

” Padahal, berwakaf juga bisa dilakukan dengan menggunakan uang, bahkan seratus ribu rupiah, sehingga siapa pun bisa berkesempatan untuk berwakaf dan menjadi nazir. Jika gerakan wakaf seratus ribu, seperti yang disosialisasikan oleh Kementerian Agama RI, dapat dilaksanakan, Indonesia bisa menghasilkan 180 triliun rupiah setiap tahunnya. Sayangnya, yang bisa direalisasi hanya 2,23 triliun,” jelasnya.

Baca Juga :  Peringatan Hari Amal Bhakti Kemenag RI di UIN Mataram

Selanjutnya, Prof. Zaidi memberikan pandangannya yang relevan dengan melihat perkembangan digital sebagai medium strategis dalam mensukseskan gerakan wakaf di Indonesia, yang sekaligus dapat dilakukan di perguruan tinggi melalui platform digital online. Menjadi menarik karena hanya dengan uang kecil, kita bisa menciptakan kekayaan besar untuk kemakmuran umat.

Berikutnya, Prof. Dr. Baiq El Badriati, M.E.I., dalam orasinya menyampaikan bahwa ekonomi Islam hadir bukan hanya sebagai alternatif, tetapi sebagai jalan tengah yang adil dan penuh keberkahan di tengah ekonomi global.

” Ekonomi Islam dibangun di atas pondasi nilai-nilai tauhid, keadilan, dan kemaslahatan umat. Selain itu, ekonomi Islam mengedepankan keseimbangan antara aspek spiritual dan material,” ucapnya.

Dalam Islam, lanjutnya, laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama untuk memperoleh pekerjaan yang terhormat dan upah yang layak, karena Islam tidak melarang perempuan untuk bekerja, memilih pekerjaan, atau terlibat dalam profesi tersebut, dengan syarat mereka tidak mengabaikan tugas mereka sebagai ibu bagi anak-anaknya dan istri bagi suaminya.

Prof. El Badriati melihat relasi antara Islam dan partisipasi perempuan dalam dunia kerja menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan mendasar, selama perempuan mampu melaksanakan tanggung jawab profesional mereka sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang tinggi.

Dalam hal ini, Prof El Badriati menyoroti prinsip-prinsip para penenun perempuan di Desa Sukarara, yang meyakini bahwa perintah Allah adalah dasar dari etos kerja mereka.

” Mereka bekerja dari rumah sambil menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, dan pekerjaan itu dilakukan sebagai panggilan jiwa tanpa paksaan, dengan niat kepada Allah agar hasilnya diberkahi. Dalam setiap proses menenun, tergambar etos kerja yang luar biasa mulai dari kedisiplinan, ketekunan, hingga cinta kepada nilai-nilai budaya,” jelasnya.

Selain itu, Prof. El Badriati juga menilai para perempuan penenun memiliki jiwa luhur karena mereka mempertahankan tradisi sambil mengubahnya menjadi kekuatan ekonomi, dari kampung kecil hingga pasar global.

” Mereka memilih untuk berdikari, memiliki etos kerja yang kuat, serta berkomitmen tinggi terhadap ekonomi dan aktualisasi diri. Kesemuanya merupakan hasil dialektika antara nilai-nilai agama, budaya, ekonomi, dan aktualisasi diri yang memberikan makna spiritual dalam aktivitas sehari-hari,” tuturnya.

Orasi terakhir disampaikan oleh Prof. Dr. Muhammad Harfin Zuhdi, M.A., tentang Formulasi Mashlahah Maqashidiyyah, dengan kajian yang berfokus pada persoalan-persoalan hukum Islam yang muncul akibat perubahan sosial dan kondisi masyarakat.

Baca Juga :  UIN Mataram Dipercaya Menyelenggarakan Program Persiapan Beasiswa untuk Pondok Pesantren

Menurutnya, fiqih sebagai hasil interpretasi terhadap syariat Islam tidak hanya bersifat statis, tetapi juga dinamis dan kontekstual, yang menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, serta budaya masyarakat dalam menghadapi dinamika sosial dan perkembangan zaman.

” Oleh karena itu, pendekatan dalam merumuskan hukum Islam yang relevan dan kontekstual menjadi jawaban dalam mencari keseimbangan ekuilibrium antara hukum Islam dan nilai-nilai universal yang berkembang dalam masyarakat global,” paparnya.

Dalam konteks ini, Prof. Harfin mengangkat kajian akademik terkait formulasi Mashlahah Maqashidiyyah dengan metode yang kuat, baik pendekatan klasik maupun kontemporer. Dalam dinamika sosial politik saat ini, hukum Islam tidak hanya berfungsi, tetapi juga harus bermakna dan berdampak.

Mashlahah Maqashidiyyah berperan sebagai jembatan antara teks dan konteks, antara nash dan realitas. Kemudian, kemaslahatan bersama tersebut bisa berbentuk kebermanfaatan secara ekonomi maupun sosial dengan menjadikan nilai agama sebagai spirit untuk menciptakan kesejahteraan sosial yang lebih luas, dengan penerapan ajaran agama yang berorientasi pada keadilan dan kesejahteraan sosial.

Prof. Harfin, melanjutkan, sementara dalam bidang politik, formulasi Mashlahah Maqashidiyyah memberikan kerangka moral bagi kebijakan politik, di mana setiap kebijakan yang dibuat harus mencerminkan prinsip keadilan sosial, kesejahteraan rakyat, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Ini sesuai dengan kebijakan seorang pemimpin terhadap rakyatnya yang harus berbasis kemaslahatan.

Dalam persoalan lingkungan hidup, menurut Prof. Harfin, harus mengajarkan pentingnya menjaga alam sebagai amanah dan ibadah dengan merumuskan konsep ekologi dan Green Fatwa dalam bentuk ijtihad kontemporer, berdasarkan kesadaran ekologis yang bersumber dari teks keagamaan, untuk menjawab tantangan zaman terkait perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, kesadaran terhadap isu lingkungan menjadi relevan untuk kemaslahatan dalam menjaga sumber daya alam yang berkelanjutan.

Penutup orasi, Prof. Harfin menegaskan bahwa aktualisasi Islam yang dinamis, kontekstual, dan solutif terhadap tantangan zaman tidak hanya menjaga relevansi syariat dalam menghadapi perubahan sosial, teknologi, dan politik, tetapi juga substansi ajaran Islam adalah untuk menghadirkan kemaslahatan, keadilan, dan rahmat bagi semesta.

Sedangkan Rektor dalam sambutannya menyampaikan, selamat kepada tiga guru besar dan kepada keluarga besar yang mendampingi.

Baca Juga :  UIN Mataram Bahas Kerjasama Survei Pelayanan dengan Bank NTB Syariah

” Semoga menjadi sedekah ilmiah bagi UIN Mataram dan peradaban. Terlebih di waktu yang bersamaan, momen hari istimewa yaitu Hari Kartini. Alhamdulillah, saat ini Guru Besar UIN Mataram bertambah menjadi 57 guru besar. Ini merupakan pencapaian yang sangat bagus dan menandakan bahwa UIN Mataram terus meningkatkan kualitas keilmuannya. Dan InsyaAllah, Guru Besar akan terus bertambah di UIN Mataram karena dalam waktu dekat (lusa) kita akan kembali mengadakan walimatul jami’ah untuk pengukuhan guru besar berikutnya,” pungkas Rektor, Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M.Ag.,.

Rektor berbangga hati atas prestasi luar biasa yang telah dipersembahkan oleh para dosen UIN Mataram yang telah mencapai jabatan akademik tertinggi. Karena meraih gelar profesor tidaklah mudah, melainkan melalui pergolakan panjang dan melelahkan sepanjang zaman, penuh tantangan dan kesulitan yang tinggi.

” Oleh sebab itu, kita memberikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada ketiga Profesor kita hari ini,” ucapnya.

Menurut Prof Dr. TGH Masnun Tahir, M.Ag., perjalanan akademik yang disampaikan dalam orasi ilmiah oleh tiga profesor, semuanya bermuara pada maqashid syariah yang penuh makna dan berdampak. Orasi yang bermakna memberikan inspirasi bagi kita, sedangkan orasi yang berdampak memberikan uswatun hasanah. Sejatinya, seorang profesor dapat menjadi teladan baik secara akademik, sosial, maupun secara personal untuk agama, bangsa, dan tanah air.

TGH Masnun juga menyampaikan bahwa gelar profesor bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari segalanya, karena mereka adalah imam yang sudah dianggap memiliki makam mahmuda dalam sebuah komunitas atau sistem komunitas.

” Berikan teladan, tetaplah menjaga ketawadhuan, dan tetaplah mencari dan belajar, karena hakikatnya, profesor adalah pencari dan penemu yang berdampak memberikan fatwa terbaik untuk umat,” ungkap Tuan Guru dikenal humoris ini.

Sebelum menutup sambutannya, Prof Masnun menghimbau bahwa sebagai bentuk beragama berdampak, UIN Mataram telah dan akan terus mensukseskan gerakan wakaf uang secara nasional.

” Selain itu, UIN Mataram juga ikut mensukseskan penanaman satu juta Matoa sebagai bagian dari fiqih bi’ah sesuai orasi yang sudah disampaikan oleh tiga profesor,”tutupnya.

 

Subscribe
Notify of
guest

0 Komentar
terbaru
terlama terbanyak disukai
Inline Feedbacks
View all comments