Terjemahan

AmpenanNews, Giri Menang – Diiringi alunan musik gambelan (gamelan,red), wayang kulit itu bergerak lincah bagaikan hidup. Dialog dan kepiawaian gerakan tangan atau dalam dunia wayang disebut ‘sabetan’ (peran,red) menjadi tontonan seru saat Rahardian Reno Wardana atau lebih akrab disapa Reno berlatih. Bakat dalang mengalir dari sang kakek, H. Lalu Nasip AR, dalang kebanggan Lombok Barat.

Saat dijumpai di kediaman sang kakek pada Senin (26/8) sekitar pukul 21:00 malam, Reno tengah melatih kemampuan mendalangnya. Didampingi sang kakek, Reno tampak serius mempersiapkan diri untuk mengikuti kejuaraan Festival Pewayangan Nasional 2019. Ajang pewayangan nasional yang digelar oleh Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) di Jakarta ini rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 19-21 September mendatang.

Reno sendiri merupakan putra sulung dari pasangan Dani Eko Nurbono dan Baiq Anjar Sri Katun. Siswa kelas I SMPN 1 Gerung ini merupakan cucu dari pedalang wayang kulit Sasak yang terkenal di Lombok, yakni H. Lalu Nasip AR.

Baca Juga :  Menteri Pariwisata: NTB Jagonya Wisata Halal
Rahardian Reno Wardana

“Saya mulai dilatih jadi dalang sama ninik (kakek) sejak masih duduk di bangku sekolah Taman Kanak-kanak (TK) sampai sekarang. Saya tertarik dan mengenal dunia wayang ini karena hobi dan ingin meneruskan jejak ninik sebagai pedalang yang terkenal,” ungkap putra sulung pasangan Dani Eko Nurbuwono dan Baiq Anjar Sri Katun ini.

H. Lalu Nasip, sang kakek sekaligus tokoh pedaling di Lombok, telah membantu persiapan Reno untuk ajang nasional ini sejak satu bulan lalu. Beberapa hal yang dimatangkan dalam latihan di antaranya ‘sabetan’, sastra, dan tema yang berisikan pesan-pesan sosial pemerintah.

“Ini untuk kita persiapkan biar lebih mahir saat berlomba di Ajang Festival Pedalang berskala nasional di Jakarta. Mudah-mudahan besok wayang sasak kita di Lombok masuk nominasi dan bersaing dengan 23 Provinsi dari seluruh indonesia,” katanya.

Baca Juga :  Puskesmas Lenek Jalani Penilaian Akreditasi Kemenkes RI

“Jadi nanti reno ini diorbitkan jadi pedalang wayang millenial untuk memakai bahasa indonesia campuran bahasa sasak dan tidak mengurangi keasriannya wayang itu sendiri. Dan semoga saja dalang yang lain mengikuti jejak Reno dan wayang sasak tidak punah,” lanjutnya berharap.

Ditanya beda wayang sasak dengan yang lain, Lalu Nasip memberikan penjelasan. Menurutnya, wayang jawa, wayang sasak, dan wayang bali memiliki beberapa perbedaan. Jika wayang jawa ditampilkan dari dalam diperankan oleh Ramayana, sedangkan wayang bali oleh maha barata yaitu etos india.

“Wayang sasak dipentaskan dengan sumber cerita mengangkat hikayat Amir Hamzah yaitu perjalanan agama islam dengan dakwah-dakwahnya di mana wayang sasak itu pengembangan agama islam sesuai dengan ceritanya yang sudah pakem. Dengan mengambil cerita negara malandapura yang belum menganut agama islam itu diperangi oleh Jayangrane sebagai amirulmukminin di bumi Mekkah,” jelasnya.

Baca Juga :  Kegiatan Posyandu di Desa Cendi Manik Terapkan Protokol Kesehatan

Sementara itu, Dewan Kesenian Bidang Karya dan Budaya Lombok Barat H. Sapoan yang juga hadir menyaksikan Reno berlatih menjelaskan, dipilihnya Reno mewakili NTB lantaran siswa kelas I SMPN Gerung itu memenuhi kriteria setelah dilakukannya seleksi di semua kabupaten/kota di NTB. Melalui festival ini diharapkan regenerasi dalang tetap terjaga dan tidak punah.

“Ini juga ajang silaturahim antar dalang bocah se-Indonesia serta menjaring bibit-bibit generasi penerus di masa depan. Anak-anak yang menonton pun akan mendapat pemahaman dan bahkan mencintai wayang,” lanjut H. Sapoan yang juga anggota Pepadi NTB ini.

Subscribe
Notify of
guest

0 Komentar
terbaru
terlama terbanyak disukai
Inline Feedbacks
View all comments